ISOLASI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN
SPONS
JASPIS sp.
PENGHASIL ENZIM PROTEASE
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan
kekayaan alamnya, baik di darat maupun di laut. Penelitian terhadap organisme yang
ada di lautan khususnya dalam kaitan dengan pencarian senyawa bioaktif dan
enzim-enzim penting masih dalam tahap permulaan. Telah diketahui bahwa laut
menyimpan kekayaan alam dan manfaat yang sangat besar. Salah satu kekayaan alam
laut yang cukup banyak terdapat di perairan Indonesia, seperti di perairan
Sumatera, Papua, Kalimantan dan lainnya, adalah jenis spons.
Spons (filum porifera) merupakan salah satu
organisme hidup yang sudah ada sejak 600 juta tahun yang lalu (Brusca and
Brusea 1999). Spons dapat berasosiasi dengan sejumlah besar mikroorganisme
berbeda meliputi Cyanobacteria (Vacelet 1971), bakteri heterotrofik (Hentschel et
al. 2001), alga uniseluler (Wilkinson 1992) dan zoochlorellae. Baru-baru
ini telah diisolasi dan dikarakterisasi suatu strain Bacillus baru yang
berasosiasi dengan spons Mediterranean yaitu Aplysina aerophoba yang menghasilkan
enzim penting seperti lipase (EC 3.1.1.3) dan estrase (EC 3.1.1.1).
Senyawa bioaktif laut atau produk alami laut (Marine
Natural Products (MNPs)) adalah senyawa organik yang diproduksi oleh mikroba,
spons, seaweeds, dan organisme laut lain. Organisme inang mensintesis
senyawa ini sebagai metabolit sekunder untuk melindungi dirinya dan menjaga
keseimbangan lingkungan. Spons laut memiliki sumber yang kaya akan mikroorganisme
baru dengan potensi aktivitas farmakologi (Hentschel et al. 2001).
Interaksi antara spons dan bakteri terjadi dalam bentuk simbiosis komensalisme
di mana dalam interaksi ini dihasilkan senyawa bioaktif (Proksch et al.
2002).
Banyak sekali mikroorganisme yang diketahui bersimbiosis
dengan spons diantaranya dari kelompok arkaea, bakteri heterotrofik,
sianobakteria, alga hijau, alga merah, kriptofita, dinoflagellata dan diatom.
Simbion dapat bersifat spesifik maupun nonspesifik terhadap spons sebagai inangnya.
Wilkinson (1978) menemukan simbiosis mikroorganisme yang Spesifik pada spesies spons tunggal. Hal ini
terlihat pada simbion antara spesies dproteobacteria dan spons Theonella
swinhoei yang menunjukkan asosiasi spesifik. Protease adalah enzim yang dapat
mendegradasi protein (Suhartono 1989). Protease termasuk kedalam kelompok enzim
hidrolase karena dalam reaksinya melibatkan air pada ikatan substrat spesifik. Bacillus
sp. banyak menghasilkan protease serin alkali dan protease logam,
diantaranya enzim yang dihasilkan oleh Bacillus licheniformis yang
termasuk dalam golongan protease serin alkali dan lebih dikenal dengan nama
subtilin Calsberg. Jenis enzim ini juga diproduksi oleh Bacillus pumilus. Protease
yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dinamakan protease Staphylococcus,
sedangkan clostripain yang termasuk dalam
golongan proteinase tiol dihasilkan oleh Clostridium hystoliticum (Suhartono
1989).
Melihat potensi yang tinggi dari mikroorganisme yang
bersimbiosis dengan spons dalam menghasilkan senyawa bioaktif maka dalam
penelitian ini dilakukan isolasi bakteri Yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp.
untuk kemudian diuji protease dan amilase, sehingga diperoleh isolat bakteri
potensial yang dapat dikembangkan lebih lanjut khususnya dibidang farmakologi.
BAHAN
DAN METODE
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah; sampel
spons yang diambil dari perairan sebelah barat dari kepulauan Waigeo, Kabupaten
Raja Ampat, Papua Barat, media SWC (Sea Water Complete), PBS (Phosphate
Buffer Saline), dan susu skim 1,5%. Pengambilan Sampel Spons.
Sampel spons diambil dari perairan sebelah barat
dari kepulauan Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat pada kedalaman ± 10
meter dengan menggunakan alat bantu snorkel dan masker. Pengambilan sampel ini dilakukan
secara acak yaitu dengan menyusuri dasar laut. Sampel kemudian dimasukkan
kedalam plastik sampel yang telah diisi dengan oksigen murni, lalu ditempatkan dalam
cool box untuk dianalisis secara mikrobiologis di Laboratorium.
Isolasi
Bakteri yang Berasosiasi Dengan Spons Jaspis sp.
Spons dibilas dengan air laut sintetik steril,
sehingga hanya bakteri dengan daya gabung yang kuat saja yang akan terambil
(Amstrong 2001). Isolasi bakteri pada permukaan spons dilakukan dengan cara
mengusap permukaan spons pada tiga tempat yang berbeda menggunakan swab steril
± 1 cm2, kemudian di celupkan ke dalam 3 buah erlenmeyer yang berisi media PBS
(Phosphate Buffer Saline) steril. Dari masing- masing tabung tersebut
dilakukan seri pengenceran dari 10-1 sampai dengan 10-5 sebanyak 100 μL. Pada
tiga pengenceran terakhir disebar dalam media SWC (Sea Water Complete), dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dimurnikan dengan
metode kuadran dan dipreservasi dalam agar miring.
Uji
Enzim Penting yang Dihasilkan oleh Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis
sp.
Uji Protease.
Aktivitas proteolitik isolat diuji dengan menggunakan
medium agar SWC + susu skim 1%. Isolat yang berhasil diisolasi dan sudah
dimurnikan ditumbuhkan pada media tersebut dengan cara di gores lalu diinkubasi
selama 24 jam. Nisbah antara diameter
zona jernih terhadap diameter koloni (indeks proteolitik = IP). Isolat dengan
IP ≥ 3,0 dipilih dan disimpan pada suhu 40C untuk digunakan pada uji
selanjutnya (Cappucino & Sherman 2001).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Isolasi
Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.
Mikroorganisme
laut merupakan sumber yang kaya untuk isolasi industri enzim. Enzim bakteri
laut memiliki keuntungan dalam penggunaan industri. Aktivitas optimum enzim
bakteri laut biasanya terjadi pada kadar garam yang tinggi, membuat enzim ini
berguna dalam banyak proses industri. Enzim bakteri laut bersifat termotoleran,
tetap stabil pada suhu ruang sepanjang waktu. Mikrohabitat untuk bakteri laut adalah,
airlaut, endapan (sedimen), permukaan animat dan inanimat. Sebanyak 136 isolat
berhasil diisolasi dari spons Jaspis sp. Dari 136 isolat tersebut,
sebanyak 70 isolat berasal dari endofit spons dan 66 isolat dari permukaan
spons. Isolat yang diperoleh sangat beragam baik dari segi warna, jenis, dan
bentuk koloni Ke 136 isolat tersebut diberi nama atau penanda yaitu SAB S (Sponge
Associated Bacteria Surface) dan SAB E (Sponge Associated
BacteriaEndophyite). Gambar 1. Penampilan koloni bakteri pada media SWC
yang berhasil diisolasi dari spons Jaspis sp. setalah diinkubasi selama
24 jam. Bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp. mampu menghasilkan
enzim penting yaitu protease. Adanya kemampuan
proteolitik ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni.
Protease atau enzim proteolitik adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang
spesifik dan efisien terhadap ikatan peptida dari suatu molekul polipeptida
atau protein. Protease dapat diisolasi dari tumbuhan (papain dan bromelin), hewan
(tripsin, kimotripsin, pepsin, dan renin), mikroorganisme seperti bakteri,
kapang, virus, dan cacing parasitik seperti cestoda, trematoda, dan nematoda.
Uji
Enzim Penting yang Dihasilkan oleh Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis
sp.
Uji Protease.
Berdasarkan uji isolasi bakteri yang berasosiasi dengan
spons Jaspis sp. menggunakan media SWC dan susu skim 1% terdapat isolat
bakteri yang memiliki kemampuan untuk menghidrolisis protein. Hal ini terlihat
dengan adanya zona bening disekitar koloni bakteri. Sebanyak 30 isolat memiliki
kemampuan proteolitik .Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap protease
sebagai target senyawa obat bagi penyakit asal bakteri (seperti pneumonia, klera,
tifus, gannorhoe), virus (seperti influenza dan HIV), dan malaria serta kanker,
bahkan penyakit degeneratif seperti alzheimer meningkat pesat. Juga sudah
banyak obat-obatan dengan mekanisme kerja yang menghambat protease. Untuk itu hasil
dari uji enzim protease yang positif proteolitik akan diuji untuk inhibitor
protease
Aktivitas protease dapat dideteksi diperairan laut
dengan bukti bahwa bakteri hasil isolasi dari laut papua memiliki kemampuan proteolitik.
Hal ini mengindikasikan bahwa perairan laut berpotensi untuk menghidrolisis
partikulat protease. Kebanyakan protease ada Sebagai enzim partikulat atau
terikat pada bahan partikulat di air laut (Imada & Taga 1985).
bukti bahwa bakteri yang bersimbiosis dengan spons
memiliki kemampuan proteolitik ditandai dengan adanya zona jernih disekitar koloni
bakteri. Enzim proteolitik bakteri diklasifikasikan berdasarkan 3 kriteria :
enzim-enzim yang berada disekitar sel, enzim-enzim yang berada ditempat
penyerangan proteolitik, dan memiliki struktur yang sama. Ketiga kelas enzim
ini dibentuk berdasarkan tempat enzim ; enzim extraseluler, ektoenzim, dan enzim
intraseluler (Hoffman & Decho 2000).
KESIMPULAN
Dari penelitian ini, berhasil diisolasi 136 isolat
bakteri yang bersimbiosis dengan spons Jaspis sp. baik dari bagian
permukaan maupun endofit. 136 isolat bakteri tersebut sebanyak 30 isolat mampu menghasilkan
aktivitas protease baik dari permukaan spons maupun endofit.
DAFTAR
PUSTAKA
Amstrong E.
2001. The Symbiotic Role of Marine on Living Surfaces. http//hw.ac.uk(pdf).
Brusca RC, and
Brusea GJ. 1999. Phylum Porifera the Sponges. AD. Sinauer (ed), Invertebrates
(Sinnauer Press) PP.181-210. Sunderland, Mass.
Cappucino GJ,
Sherman N. 2001. Microbiology (A Laboratory Manual). Cummings Publishing
Company Inc. New York.
Hentschel U, M.
Schmid, M. Wagner, L. Fieseler, C. Gernert, and J. Hacker. 2001. Isolation and phylogenetic
analysis of bacteria with antimicrobial activities from the Mediterranean Sponges Aplysina aerophoba and Aplysina
cavernicola. FEMS Microbiol Ecol. 35, 305-312.
Hoffman M dan
Decho WA. 2000. Proteolityc enzyme in the marine bacterium Pseudoateromonas
atlantica: post-secretional activation an effects of environmental conditions.
Aquatic Mic Ecol 23: 29-39. Imada C and Taga N. 1985. Isolation and
Characterization of Marine Bacteria Producing Alkaline Protease Inhibitor. Bull
Jap Soc Sci Fish 51:799-803.
Proksch P,
Edrada RA, & Ebel R. 2002.Drugs from the seas - current status andmicrobiological
implications. Appl Environ Microbiol 59, 125-134.
Suhartono MT.
1989. Enzim dan Bioteknologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Vacelet
J.1971.Description de cellules à bacteries intranucléaires chez deséponges Verongia.
J Microsc (Paris) 9, 333-346.
Wilkinson CR.
1978. Microbial associations in sponges. I. Ecology, physiology and microbial
populations of coral reef. Mar. Biol. 49, 161-167.
Wilkinson CR.
1992. Symbiotic interactions between marine sponges and algae. In Algae and
symbioses: plants, animals, fungi, viruses, interactions explored, pp. 112-
128.Edited by W. Reisser. Bristol: Biopress Ltd.
Oleh : kenanga sari
Sumber:
BIOSCIENTIAE
Volume 9, Nomor 1, Januari 2012,
Halaman 1-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar